1. Kita salah mengartikan perhatian dari lawan jenis
Seringkali, dibawah tekanan rasa frustasi atau putus asa yang sering dialami saat kita ingin memiliki pasangan atau menikah, banyak lajang yang bereaksi secara berlebihan terhadap perhatian apapun dari lawan jenis, terutama jika seseorang tampak menarik bagi mereka. Misalnya, jika seorang pria melihat wanita dua kali, wanita itu bisa berpikir bahwa pria ini menyukainya. Sedang jika seorang wanita duduk dengan seorang pria dalam suatu acara, pria ini berpikir wanita itu memberinya “lampu hijau”.
Kesalahan dalam mengartikan perhatian inilah yang sering menjadi masalah utama bagi para lajang pria dan wanita untuk memiliki hubungan pertemanan atau persaudaraan yang murni. Keduanya berjaga-jaga, mengamati dan mengartikan sinyal-sinyal, daripada berpikir bahwa mereka dapat menikmati percakapan dan keberadaan sebagai teman tanpa ketertarikan romantis.

2. Kita berharap terlalu banyak dan bertahan terlalu lama dalam suatu hubungan
Bantulah diri anda sendiri, dengan mengakui bahwa anda mempunyai ketergantungan emosional yang kita sebut “cinta”, atau bahkan mengakui bahwa anda benar-benar mencintai seseorang, namun akuilah dengan penuh kesadaran bahwa anda sedang menjalani hubungan yang salah dan keluarlah dari sana.
Bagaimana anda bisa keluar? Dengan mengambil langkah tegas, seperti yang Yesus katakan dalam Matius 5:29-30. Jika anda sedang berada dalam suatu hubungan dan anda diperlakukan dengan tidak hormat, sembrono, atau tidak baik, maka itu adalah tanda bahwa anda telah bertahan terlalu lama dan berharap terlalu banyak. Jika anda berharap dia akan berubah, anda tidak tahu banyak tentang kecenderungan manusia. Selama dia bisa tetap menjalani hubungan ini dengan memperlakukan anda seenaknya, sepertinya sikapnya tidak akan berubah. Jika anda tidak bahagia dengan perlakuan yang anda terima dari seseorang sebelum menikahinya, anda bisa yakin bahwa setelah menikah, perlakuan yang anda terima akan sama bahkan lebih buruk.
3. Kita tidak selalu pintar membaca sinyal berbahaya dalam suatu hubungan

Inilah beberapa sinyal yang berbahaya:
• Perbedaan usia yang signifikan
Hal ini bervariasi, bersifat individual, dan tergantung pada jarak usia yang terlibat. Walaupun perbedaan usia tidak selalu menjadi suatu masalah, namun ini adalah satu hal yang perlu dipertimbangkan dengan sangat hati-hati.
• Perbedaan latar belakang keluarga
Faktanya tidak ada 2 keluarga yang benar-benar mirip, namun lihatlah dasarnya: Nilai-nilai apakah yang diajarkan oleh kedua keluarga? Jenis hubungan seperti apa yang ada di antara masing-masing anggota keluarga? Beberapa keluarga sangat dekat satu sama lain sementara yang lainnya tidak.
• Perbedaan prioritas kehidupan rohani
Jika satu orang dalam sebuah hubungan mempunyai prioritas yang lebih tinggi dalam kehidupan rohani dibanding pasangannya, ini adalah sebuah sinyal yang benar-benar berbahaya dan tidak seharusnya diabaikan. Biasanya jika anda terlibat dengan seseorang yang “temperatur” rohaninya dibawah anda, anda tidak membawa mereka naik ke level anda, tapi anda yang akan turun ke level mereka. Hal ini sudah sangat sering terjadi.
4. Kita terlalu cepat dan terlalu jauh terlibat secara fisik

Jika anda tetap ingin menjaga kemurnian diri dalam kehidupan seksual dan mempertahankannya untuk satu orang dari Tuhan, bagaimanapun juga anda membutuhkan disiplin untuk menjaga kontak fisik yang minimum. Anda tidak dapat mempercayai reaksi kimia tubuh anda, sekali reaksi ini berjalan terlalu jauh, maka akan sangat sulit untuk kembali mengendalikannya. Maka sangatlah penting untuk menjaga kontak fisik tetap pada level minimum.
5. Kita berpikir bahwa satu-satunya persyaratan yang penting adalah pasangan kita seorang Kristen
Hanya karena seseorang itu Kristen dan cukup baik, belum tentu bahwa dialah satu-satunya orang yang dengannya kita akan bahagia dan menikah. Adalah penting jika anda mempertimbangkan baik-baik tentang hubungan anda sebelum memutuskan untuk menikah. Pertimbangkan bahwa emosi anda terlibat dan karenanya mungkin perspektif anda tidak begitu terfokus, mintalah pertimbangan lain dari orang-orang yang dapat dipercaya. Lakukan apa yang dapat anda lakukan untuk mengetahui apa yang akan anda jalani sebelum anda melangkah ke dalamnya, juga dengan pertimbangan-pertimbangan apakah seseorang ini adalah pasangan yang tepat untuk anda.
6. Kita membawa daftar kriteria tentang pasangan ideal dan menilai orang lain dengan egois dan terlalu cepat

Banyak lajang yang kelihatannya mempunyai daftar panjang kriteria untuk pasangan yang potensial, dan alasannya mungkin sebagai reaksi dari banyaknya pernikahan yang gagal di sekitar kita. Sepertinya mereka mengamati kita dengan sangat jeli, memastikan bahwa kita dapat memenuhi kebutuhan mereka. Mempunyai panduan dalam menjalin hubungan sangat berguna untuk mencegah kita membuat keputusan yang berdasarkan emosi semata. Namun menilai seseorang untuk alasan yang egois adalah sesuatu yang terlalu jauh.
7. Kita berpikir bahwa keadaan apapun lebih baik daripada sendirian
Kita memang memiliki kebutuhan dasar untuk menjalin hubungan dengan orang lain, namun tidak benar bahwa kesendirian adalah kondisi terburuk di dunia. Perhatikan bahwa kesendirian tidak sama dengan kesepian. Banyak orang takut sendirian karena bagi mereka kesendirian sama dengan kesepian. Mereka belum belajar untuk mengisi waktu mereka dan mengalami kesendirian sebagai waktu yang berharga dan menyegarkan untuk mereka.

Walaupun anda sendirian, tidak berarti anda adalah orang yang tidak cocok dengan lingkungan sosial. Jangan mau tenggelam dalam kebohongan yang membuat kita putus asa. Saat kita merasa putus asa, kita bertindak dengan irasional. Kenali kebutuhan anda akan interaksi sosial dan rencanakan sesuatu. Anda tidak harus berkencan untuk mendapatkan teman atau agar anda tidak merasa sendirian. Bergabunglah dengan teman-teman dalam suatu komunitas dan luangkan waktu anda untuk berada bersama-sama dengan mereka. Kenallah dan terimalah mereka apa adanya, maka anda akan menemukan bahwa rasa kesepian itu telah pergi.(fis)
Sumber: newlife

2 comments:
Bwahahahahaha.....
CIeee, toto...
posting "beginian" niy...
ckckckck.....
Weits, semoga postingan mu ini bisa menjadi berkat bagi yang lain yang membacanya =P
sekali laghee...
Cieeeeeeeeeeeee..........
hehehe.....
kok tiba2 post yg "beginian" to?
ada apa nih....
hehehe....
Post a Comment