Thursday, January 26, 2006

Pengampunan yang Membebaskan

Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat
dosa lagi mulai dari sekarang."
(Yohanes 8: 11 b)

Bayangkan begini. Anda tenggelam dalam air, dada Anda terasa amat sesak butuh udara. Lalu tiba-tiba ada orang yang mengangkat Anda dari air. Atau, bayangkan Anda tengah menanggung beban begitu berat. Anda berjalan tertatih. Lelah. Letih. Lalu tiba-tiba ada orang yang datang memeluk Anda. Menolong Anda lepas dari beban itu. Bagaimana rasanya? Tentunya plong. Lega.
Begitu juga kiranya yang dirasakan perempuan yang diceritakan dalam Yohanes 7:53-8:11. la ketahuan telah berzinah. Dan hukum yang berlaku ketika itu, jelas: dilempari dengan batu sampai mati.
Bayangkan perempuan itu. Sendirian - ya, sendirian!- Ia diseret oleh para tokoh agama bersama orang banyak ke hadapan Tuhan Yesus. Sepanjang perjalanan yang dilalui sudah pasti penuh horor. Ia diteriaki, dihina, dilecehkan, dicaci-maki, direndahkan martabatnya begitu rupa. Bagai seekor anjing geladak. Kematian yang mengerikan dan penuh nista membayang dipelupuk matanya.
Dan apa yang didapatkan dari Tuhan Yesus? "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi!" Plong. Sejuta beban terangkat sudah. Langkah terasa ringan. Tak ada lagi sesak di dada. Lega. Inilah artinya pengampunan yang membebaskan. Pengampunan Tuhan adalah tema yang sangat menonjol dalam Alkitab. Ingat kisah mengharukan "Si Anak Hilang" (Luk. 15:11-32)? Bagaimana Sang Ayah memeluk si bungsu dengan penuh suka. Ada luapan cinta di sana. Segala dosa dan "kekotoran" si anak hilang itu tidak diingatnya lagi. "Anakku yang hilang telah kembali," katanya. Cinta Sang Ayah dalam kisah tersebut adalah cinta Tuhan. Sambutan Sang Ayah adalah sambutan Tuhan. Pelukan Sang Ayah adalah pelukan Tuhan. Dan si anak hilang itu adalah para pendosa-kita semua- yang datang kepada-Nya.
Atau kisah tentang Zakheus (Luk. 19:1-10). Ia adalah seorang pemungut cukai. Orang banyak membencinya setengah mati, menghindarinya, dan menganggapnya sebagai pendosa kelas kakap. Tetapi kepadanya Tuhan Yesus justru berkata, "Zakheus, Aku akan menumpang di rumahmu." Menumpangnya Tuhan Yesus di rumah Zakheus bukan sekadar menumpang. Itu adalah tanda penerimaan dan pengampunan. Ya, manusia bisa saja menolak, menista, atau bahkan menghukum. Tetapi bagi Tuhan selalu ada penerimaan dan pengampunan serta pemulihan.
Seperti kepada Zakheus, seperti itulah sikap Tuhan kepada para pendosa, kepada kita semua.

(Ayub Yahya) sahabatsurgawi.net

No comments: